BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Leukore adalah cairan putih yang
keluar dari liang sanggama secara berlebihan. Hal ini normal dialami oleh
setiap wanita saat menjelang haid dan setelah haid. Terkadang bisa menimbulkan
gangguan rasa nyaman bila keluanya berlebihan, terasa gatal dan berbau.
Sebagian wanita yang mengalami leukore merasa terganggu apalagi di saat akan
dan selesai melakukan hubungan seks dengan suaminya karena bisa memperbanyak
keluarnya keputihan.
Diagnosa dini dan intervensi yang
operatif serta berkesinambungan untuk drainase atau ekstripasi adalah penting
untuk menghindari akibat yang serius bahkan fatal.
Dengan harapan wanita dengan
leukore tidak mengalami komplikasi lebih lanjut, maka penulis tertarik
mengambil kasus ini.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1
Tujuan Umum
Setelah melakukan saham asuhan
kebidanan pada klien dengan leukore mahasiswa dapat melaksanakan asuhan
kebidanan secara komprehensif.
1.2.2
Tujuan khusus
·
Melakukan
pengkajian / pengumpulan data pada klien dengan leukore.
·
Mengidentifikasi
masalah/ diagnosa pada klien dengan leukore
·
Mengantisipasi
masalah potensial pada klien dengan leukore
·
Mengidentifikasi
kebutuhan segera pada klein dengan leukore
·
Membuat
rencana tindakan pada klien dengan leukore.
·
Melaksanakan
rencana asuhan pada klein dengan leukore
·
Mengevaluasi
asuhan pada klein dengan leukore.
1.3 Metode Penulisan
Asuhan kebidananan :
- Observasi
Mengadakan
pengamatan langsung pada klien
- Wawacara
Mengadakan
tanya jawab langsung pada klien guna mengetahuai keluhan yang dirasakan oleh
ibu, sehingga dapat memberikan asuhan yang tepat dan benar sesuai masalah yang
ada.
- Praktek
Melakukan praktek langsung melalui
pendekatan manajemen kebidanan
- Studi Pustaka
Membaca sumber buku yang dapat mendukung
terlaksananya asuhan dan dapat membandingkan antara teori dan praktek .
1.4 Sistematikan Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
B. Tujuan
Penulisan
C. Metode
Penulisan
D. Sistematika
Penulisan
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
A. Konsep
Leukore
B. Konsep
Asuhan Kebidanan
BAB III TINJAUAN
PUSTAKA
A. Pengkajian
B. Identifikasi
Diagnosa dan Masalah
C. Antisipasi
Masalah
D. Identifikasi
Kebutuhan Segera
E. Intervensi
F. Implementasi
G. Evaluasi
BAB IV PETUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Laukore / Flour Albus
Leukore bukan penyakit melainkan
gejela dan merupakan gejala yang paling sering kita jumpai dan genekologi.
Secara
normal, seorang wanita selalu mengeluarkan cairan dari kemaluannya yang berasal
dari :
2.1.1
Transudat dinding vagina
2.1.2
Lendir serviks
2.1.3
Lendir
kelenjar-kelejar Bartholini dan Skene.
- Definisi Leukore / Fluor Albus
a.
Leukore
adalah semua pengeluaran cairan alat gentalia yang bukan darah (Manuaba : hal
385)
b.
Leukore
adalah cairan yang keluar dari vagina selain darah atau cairan normal vagina
yang berlebihan (Kapita Selekta : 376)
- Etiologi Leukore / Fluor Albus
a.
Ketidakseimbangan
pada menstruasi, penyakit kencing manis, pemakaian obat-obata hormonal.
b.
Kelelahyan
dan stress sehingga keasaman terganggu dan kuman-kuman yang dapat menyebabkan
infeksi.
c.
Kurang
bersihnya menjaga kebersihan dari terutama vagina
d.
Infeksi
yang biasanya menimbulkan fluor yang berwarna kuning / hijau.
e.
Bertambahnya
secret normal yang sifatnya jernih.
f.
Konstitusional : pada keadaan asthenia, anemia,
nephritis kronis dan bandungan umum (decompensation cordis, Cirrhosis hepatic).
g.
Kelainan
endokrin seperti pada functional bleeding (kadar estrogen tinggi) pada
kehamilan karena hydraemia dan pengaruh endokrin.
h.
Infeksi
a. Vulvitis–vulvo
vaginitis
Disebabkan oleh :
- Kuman-kuman : streptococcus, staphylococcus,
haemophilus vaginalis, becil coli.
- Protozoa : trichomonas vaginalis
- Fungus : monilia
- Cacing oxyuris (pada anak)
- Vaginitis (colpitis)
Vagina pada wanita dewasa agak resisten
terhadap infeksi yang ditimbulkan oleh :
becil doserlein, micrococcus catarrhalis, basil coli. Kemungkinan infeksi lebih besar pada anak dan
wanita dalam menopause (vaginitis senilis)
- Cervicitis
Oleh gonococcus,
staphylococ dan streptococ
- Endometritis
Terutama terjadi kalau ada sisa palsenta atau
neoplasema
- Salpingitis
Gonococ,
streptococ, stanpylococ, bae tbe.
3.
Tanda dan Gejala Leukore
·
Menyebabkan
keluhan-keluahan seperti perasaan gatal dan panas pada vulva
·
Menimbulkan bau yang kurang sedap
·
Menimbulkan
bercak-bercak pada celana (berwarna kuning atau hijau)
·
Keluar cairan yang lengket
4.
Asal Fluor
a. Vulva
Sekret dalam
vulva dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar Bartholini dan Skene. Sekret ini
bertambah pada perangsangan misalnya sewaktu coitus. Kalau kelenjar-kelenjar
tersebut diatas meradang misalnya karena infeksi dengan gonococcus, maka secret
berubah menjadi fluor.
b. Vagina
Vagina tidak
mempunyai kelenjar dan dibasi oleh cairan transudat dan oleh lendir dari
serviks. PH dalam vagina kurang lebih 5 disebabkan karena kegiatan hasil
doderlein yang mengubah glycogen yang terdapat dalam epitel vagina menjadi
acidum lacticum. Dalm kehamilan cairan bertambah secara fisilogis.
c. Cervix
Secret cervix yang normal bersifat jernih, liat dan
alkalis. Secret ini dipengaruhi hormon-hormon avarium baik kuantitas mapun
kualitasnya. Secret bertambah juga pada infeksi (cervicitis) yang dipermudah
kejadiannya oleh robekan cervix dan tumor cervix.
d. Corpus
Uteri
Hanya
menghasilkan secre pada fase post ovulatoir. Sekre bertambah pada endometri
akut, kalau ada sisa plasenta, polip, nyoman dan carcinoma.
5. Komplikasi
Leukore / Flour Albus
Bila penyakit ini tidak segera diobati secara tuntas, maka
infeksi dapat merembet ke rongga rahim kemudian saluran telur dan sampai
keindung terlur dan akhirnya ke dalam rongga panggul sehingga menyebabkan
kemandulan pada wanita, pruritus, dan condyloma acuminta di sekitar vulva.
Pencegahan
·
Hindarilah
pakaian dalam yang ketat dan tidak menyerap keringat
·
Pilihlah
pakaian dalam yang terbuat dari katun
·
Perhatikan kebersihan daerah intim
·
Jangan
duduk di toilet umum jika tidak sangat terpaksa
·
Gantilah
pakaian dalam setiap hari.
6. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan
Fisik
· Insepksi kulit perut bawah terutama
perineum, anus
·
Inspeksi rambut pubis
·
Inspeksi dan palpasi genetalia eksternal
· Pemeriksaan speculum untuk vagina dan serviks.
·
Pemerksaaan bimanual serviks
· Palpasi pembesaran kelenjar getah bening
inguinal dan femotal
b. Pemeriksaan
penunjang
·
Nilai secret dinding vagina (warna,
konsistensi,bau)
·
Kertas
indicator PH (n = 4-4,5)
· Swab untuk pemeriksaan dengan larutan
garam fisiologis dan KOH 10%
·
Kultur (bila perlu)
·
Pewarnaan gram
·
Serologi sifilis
·
Tes pap smear
2.2 Konsep Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah bantuan
yang diberikan oleh bidan kepada individu pasien atau klien yang pelaksanaannya
dilakukan dengan cara:
- Bertahap dan sistematis
- Melalui suatu proses yang disebut
manajemen kebidanan
Manajemen Kebidanan menurut Varney, 1997
1. Pengertian
Ø
Proses pemecahan masalah
Ø Digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah.
Ø Penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis.
Ø
Untuk
pengambilan suatu keputusan
Ø
Yang berfokus pada klien.
2. Langkah-langkah
I. Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan
untuk memulai keadaan klien secara
keseluruhan.
II. Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa atau masalah.
III. Mengidentifikasi
diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya.
IV. Menetapkan kebutuhan terhadap
tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta
rujukan berdasarkan kondisi klien.
V. Menyusun
rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan
keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
VI. Pelaksanaan
langsung asuhan secara efisien dan aman.
VII.
Mengevaluasi keefektifan asuhan yang dilakukan, mengulang kembali manajemen
proses untuk aspek-aspek asuhan yang
tidak efektif.
* Langkah 1: Tahap Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah
pertama ini berisi semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi klien. Yang terdiri dari data subjektif data
objektif. Data subjektif adalah yang
menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesa. Yang termasuk data subjektif
antara lain biodata, riwayat menstruasi,
riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, biopskologi
spiritual, pengetahuan klien.
Data
objektif adalah yang menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik
klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus. Data objektif terdiri dari
pemeriksaan fisik yang sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda
vital, pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi), pemeriksaan
penunjang (laboratorium, catatan baru dan sebelumnya).
* Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Pada
langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
* Langkah III:
Mengidentifikasi Diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannya
Pada
langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial
berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan
diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap diagnosa atau masalah potensial ini
benar-benar terjadi.
* Langkah IV: Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan
segera, untuk melakukan konsultasi,
kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien
Mengidentifikasi
perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
* Langkah
V : Menyusun rencana asuhan yang
menyeluruh
Pada
langkah ini direncanakan usaha yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang
telah diidentifikasi atau diantisipasi.
* Langkah VI : pelaksanaan langsung asuhan dengan
efisien dan aman
Pada
langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada
langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul
tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya.
* Langkah
VII: Evaluasi
Pada
langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar tetap terpenuhi
sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut
dianggap efektif jika memang benar dalam
pelaksanaannya.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian Data
Anamnesa dilakukan
pada tanggal : 14 November 2007 jam : 10.00 WIB di RSAL Ramelan Surabaya oleh
Erna
a. Data Subyektif
1.
Biodata
Nama : Ny. “R”
Umur : 27 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Penghasilan : -
Alamat :
Jl. Gembili II/4
Nama Suami : Tn “M”
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan :
-
Alamat :
Jl. Gembili II/4
2. Keluhan
Utama
Ibu
mengatakan keputihan setelah berhubungan dengan suami, warna kehijauan,banyak,
kental dan sedikit berbau.
3. Riwayat
Penyakit Sekarang
Ibu
mengatakan mengalami keputihan setelah selesai berhubungan dengan suami serta
merasa sakit saat buang air kecil.
4. Riwayat
Penyakit Yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit apapun
seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes serta penyakit lain yang dapat
mempengaruhi atau memperparah keputihannya.
5. Riwayat
penyakit keluarga
Ibu mengatakan dari pihak ibu maupun suami tidak ada
yang menderita penyakit menular, menurun ataupun menahun seperti hipertensi,
diabeters, penyakit jantung dll.
6. Riwayat
Pernikahan
Menikah :
1 kali
Umur menikah :
23 tahun
Lama menikah :
1,5 bulan
7. Riwayat
Haid
Manarche :
12 tahun
Lama haid :
7 hari
Banyaknya :
2-3 pembalut / hari
Nyeri haid :
tidak pernah
Siklus haid :
28 hari
Fluor albus : kehijauan, gatal, sedikit berbau,
banyak, kental
8. Riwayat
KB
Ibu
mengatakan sejak menikah belum pernah memakai KB apapun
9.
Riwayat
kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
10. Pola
Kebiasaan Sehari-hari
Kebiassaan yang dilakukan ibu :
§ Nutris :
makan 3 x sehari, porsi sedang dengan
komposisi nasi, aluk sayur dan terkadang buah, minum 7-8 gelas/ hari.
§ Eliminasi :
BAK 6-7x/ sehari dan merasa sakit BAB
1x/ hari
§
Istirahat
: Ibu
mengatakan tidur siang 1-2 jam. Tidur malam 7-8 jam
§
Aktifitas :
Ibu tidak bekerja dan di rumah
menyapu, mencuci mengepel serta melakukan pekerjaan rumah tangga yang lain.
§
Personal Hygines
Ibu
mandi 2x/hari ganti baju dan sikat gigi setiap kali mandi. Ganti celana dalam
setiap kali mandi dan basah
§
Pola Hubungan Seksual
Saat berhubungan dengan suami tidak memakai alat konstrasepsi apapun.
12. Pola
psikologis budaya
Psikososial
Ibu bertanya apakah penyakit dapat disembuhkan
dan apakah nanti ibu akan sulit untuk mendapatkan anak. Hubungan ibu dan
keluarga terutama suami baik.
Budaya
Ibu tidak minum jamu-jamunya untuk mengobati
keputihannya.
13. Pola
spistual
Ibu beragama
islam, sholat 5 waktu dan mengerjakan ajaran agamanya.
b.
Data
Obyektif
1. Pemeriksaan
Umum
Keadaan umum :
Baik
Kesadaran :
Composmentis
Tekanan darah :
120/80 mmHg
Nadi :
60 x/menit
Suhu :
36.8 °C
Pernafasan :
16x/ menit
2. Pemeriksaan
Fisik
a. Inspeksi
Kepala :
rambut bersih, ikal, tidak rontok dan
hitam
Muka :
bentuk oval, wajah terlihat tegang,
pucat
Mata :
simetris, konjujungtiva tidak pucat,
selera tidak icterus
Hidung :
Simetris, tidak tampak pernafasan cuping
hidung, tidak tampak secret.
Telinga :
Simetris tidak tampak serumen, tidak ada
gangguan pendengaran
Mulut :
bibir
basah, tidak tampak stomatitis tidak pucat
Leher :
simetris, tidak tampak pembesaran
kelenjer tyroid dan bendungan vena jugularis
Dada :
payudara bersih, semetris, putting susu
menonjol serta tidak tampak retraksi dinding dada.
Perut :
simetris, tidak nampak luka bekas operasi
Genetalia :
terdapat pengeluaran pervaginam,
berwarna kehijauan, cair, sedikit berbau, kulit perineum berwarna coklat,
rambut pubis terlihat kotor terutama disekitar vulva.
Ekstremitas :
simentris, tidak oedema dan varises.
b. Palpasi
Leher : tidak
teraba pembesaran kelenjar tyroid dan bendungan vena gujularis.
Dada :
tidak terdapat benjolan yang abnormal
pada payudara konsistensi lembek.
Perut :
tidak ada massa dan benjolan yang
abnormal
Genetalia
-
Inspekulo : Bentuk servix normal terdapat keputihan disekitar servix, servix tidak ada erosi dan
tidak ada peradangan
-
Bimanual servix : tidak ada nyeri goyang pada servix, tidak ada massa
dan benjolan yang abnormal
c. Asukultasi
Dada : tidak terdengar ronkhi dan
wheezing
Abdomen :
terdengar bising usus
II.
Identifikasi
Diagnosa dan Masalah
Dx : Ny. “R” dengan leukore ± 10 hari yang lalu
Ds : Ibu mengalami keputihan ± 10 hari, warna kehijauan, banyak, kental
dan sediit berbau
Do : Keluar darah putih dari
vaginanya
·
Warna
kehijaun
·
Sedikit
berbau
·
Konsitensi agak kental
Inspekulo :
Bentuk servix normal, terdapat keputihan disekitar servix servix tidak ada
erosi dan tidak terdapat peradanan
Bemanual servix : Tidak ada nyeri goyang pada servix, tidak ada
massa dan benjolan yang abnormal
Masalah :
Cemas sehubungan dengan keputihan dan nyeri saat berkemih
Ds : Ibu sering menanyakan tentang keputihannya apa
dapat sembuh.
Do : Wajah ibu tampak tegang
·
Ibu sering bertanya pada petugas tentang
masalah keputihannya
·
Ibu bertanya penyebab keputihannya.
III.
Antisipasi
Masalah Potensial
·
Infeksi Radang Panggul
·
Ca servix
IV.
Identifikasi
Kebutuhan Segera
KIE mengenai personal hygine
terutama pada daerah genetalia ibu.
V.
Intervensi
Dx : Ny “R” dengan leukore ± 10 hari yang selalu
Tujuan : Setelah diberikan asuhan kebidanan
diharapkan ibu dapat mengerti dengan keadaanya dan ibu kooperatif dalam
menerapkan anjurkan petugas
Kriteria hasil : Keluhan subyektif berkurang
·
Ibu merasa lebih nyaman
·
Ibu
tidak merasakan gatal pada daerah kemaluannya
·
Keputihan tidak bertambah banyak
Intervensi
Tanggal/Jam
|
Intervensi
|
Rasional
|
14-11-2006
10.15
|
1.
Lakukan
pendekatan terapeatik pada ibu dan keluarga
2.
Jelaskan
keadaan ibu saat ini dan tindakan yang harus dilakukan
3.
Ajarkan
pada ibu teknik aseptic dan septic
4.
Anjurkan
ibu untuk menggunakan celana dalam yang dapat menyerap keringat
5.
Anjurkan
ibu untuk menghentikan hubungan sex sementara waktu sampai penyebab keputihan
ditemukan
6.
Anjurkan
pada pasien untuk ganti celana dalam tiap kali mandi dan basah
7.
Anjurkan
ibu untuk membersikah kemaluanya saat akan dan selesai berhubungan
8.
Anjurkan
ibu untuk sementara suaminya memakai kontrasepsi kondom
9.
Anjurkan
ibu dan suami untuk periksa ke laboratarium
10.
Kolaborasi dengan tim medis
|
Hubungan terapeutik menumbuhkan rasa percaya
sehingga ibu lebih kooperatif
Penjelasan yang baik dapat menambahkan
pengetahuan ibu, jika pengetahuan ibu baik maka diharapkan ibu bersikap lebih
kooperatif
Terhindar dari infeksi dan memberi rasa
nyaman
Daerah ggenetalia tetap kering dan tidak
lembab
Tidak terjadi komplikasi yang lebih
parah
Menghindari keluarganya keputihan lebih
banyak serta dapat memberi rasa nyaman
Mencegah penularan penyakit pada
pasangannya
Metode barier menghindari penularan
penyakit pada suami
Memastikan penyebab terjadinya leukore
Fungsi independent
Masalah : Cemas
sehubungan dengan keputihannya dan nyeri saat berkemih
Tujuan : Ibu
mengerti tentang konisi yang dialaminya
Kriteria hasil : Secara
verbal ibu mengatakan bawah rasa cemas akan keadaan dirinya sudah berkurang
Ibu tenang dan tidak banyak
bertanya tentang kondisinya
Wajah ibu
tampak lega
|
VI.
Implementasi
Dx : Ny “R” dengan leukore ± 10 hari yang lalu
a.
Melakukan
pendekatan teraputik pada ibu dan keluarga dengan memperkenalkan diri,
berbicara sopan serta mendengarkan semua keluhan pasien dengan rasa simpati
sehingga pasien dapat kooperatif terdapat semua tindakan yang diberikan.
b.
Menjelaskan
keadaan ibu saat ini dan tindakan yang harus dilakukan oleh ibu, sehingga
pengetahuan ibu akan bertambah dan dapat melaksanakan semua yang dianjurkan
petugas dengan sebaik-baiknya.
c.
Mengajarkan
pada ibu teknik aseptic dan septic dengan melakukan vulva hygiene yaitu
membersihkan genetalia dari arah depan ke belakang dengan air bersih dan sabun
sehingga kuman dari anus tidak masuk ke lubang vagina
d.
Menganjurkan
ibu untuk menggunakan celana dalam yang dapat menyerap keringat terutama dari
bahan katun untuk menjaga daerah genetalia tetap kering / tidak lembab, karena
media yang lembab merupakan media yang baik bagi berkembangnya kuman.
e.
Menganjurkan
ibu untuk sementara waktu tidak berhubungan sex sampai penyebab keputihan
ditemukan
f.
Menganjurkan
pada pasien untuk ganti celana dalam tiap mandi dan basah untukmenghindari
keluarnya keputihan lebih banyak serta dapat memberi rasa nyaman.
g.
Menganjurkan
ibu untuk membersihkan kemaluannya saat akan dan selesai berhubungan untuk
mencegah penularan penyakit pada pasangannya.
h.
Menganjurkan
ibu untuk sementara suaminya memakai kontrasepsi kondom sebagai metode barier
yang dapat menghindari penularan penyakit dan suami juga untuk mengurangi
pengeluaran keputihan pasca senggama
i.
Menganjurkan
ibu dan suami untuk periksa ke labolatorium untuk memastikan penyebab
terjadinya leukore kuman atau bakteri
j.
Kolaborasi
dengan tim medis dalam pemberian terapi untuk mengurangi bahkan menghilangkan
keluhan subyektif pasien.
Masalah : Cemas sehubungan
dengan keputihan dan nyeri saat berkemih
a.
Memberi
penjelasan pada ibu tentang kondisinya dapat sembuh dengan perawatan dan
pengobatan
b.
Memberi
kesempatan pada ibu untuk mengungkapkan perasannya dan sebagai petugas
kesehatan harus mendengarkan dengan rasa empati sehingga dapat membantu
meringankan beban pikiran
c.
Menganjurkan
ibu untuk minum obat yang diberikan secara rutin yang telah diberikan dokter
sehingga keputihan dapat berkurang sehingga akhirnya akan sembuh.
d.
Menganjurkan
ibu untuk kontrol kembali apabila obatnya habis sewaktu-waktu bila ada keluhan
lebih berat sehingga dapat mengetahui perkembangan penyakit ibu dan bisa segera
diatasi apabila ada keluhan atau komplikasi lebih lanjut
VII. EVALUASI
Tanggal 14 November 2007 Pukul
10.30 WIB
Dx : Ny.
“R” dengan leukore ± 10 hari yang
lalu
S : ibu
mengatakan telah mengerti dengan penjelasan petugas dan akan melaksanakan
anjuran yang telah diberikan
O : Wajah
ibu tampak rileks
A : Cemas tentang kondisinya dapat
teratasi
P : lanjutkan
intervensi
Anjurkan untuk memakai kondom
saat berhubungan sex
Anjurkan ibu
untuk minum obat sesuai petunjuk (metronidazol dan vagistin)
Anjurkan ibu
untuk kontrol 1 minggu lagi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Didalam membuat suatu asuhan kebidanan diperlukan suatu
pengkajian yang terarah dan spesifik, sehingga dapat mengankat suatu diagnosa
yang mungkin timbul dan juga intervensi yang diberikan dapat disesuaikan dengan
kondisi ibu. Dari pengkajian data
pada Ny “R” didapatkan kesimpulan bahwa terjadi gangguan saat berhubungan suami
istri dan nyeri saat berkemih. Kejadian yang dialami ibu ini terjadi selama 10
hari setelah melakukan hubungan seksual dengan suaminya.
Untuk itu, kooperatif dari ibu
dan keluarga serta tersedianya alat untuk melakukan pemeriksaan dan
pertolongan, mempermudah tindakan yang akan dilakukan oleh penulis. Selama
proses pengkajian, penulis tidak mengalami hambatan ataupun kesulitan.